Jumat, 19 Agustus 2016

Kondisi dan Fungsi Partini Tuin dan Partinah Bosch Taman Balekambang Hingga Pasca Kemerdekaan Indonesia


KGPAA Mangkunegara VII melanjutkan pembangunan yang dirintis oleh pendahulunya. Sejak awal abad 20 di Praja Mangkunegaran telah dilakukan serangkaian kebijakan pembaharuan dalam bidang pemerintahan, khususnya pembangunan sarana perkotaan bagi Mangkunegara VII dipandang sebagai kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, sebab perkembangan dunia menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangan zaman. Konsep kota Surakarta sebagai “Solo Berseri” sebenarnya telah muncul sejak masa pemerintahan Mangkunegara VII. Hal ini ditandai dengan pembangunan sarana umum dan sarana perkotaan antara lain: Taman Tirtonadi, Minapadi, Partimah ParkSocieteit Sasono Suko (SSS). Atas kehendak Mangkunegoro VII, dibangun pula lapangan Manahan yang luas sekali untuk olahraga pacuan kuda dengan diberi tribun penonton.
Di tempat yang tidak jauh lagi, pada akhir tahun 1921 dibuka taman hiburan yang dinamakan Partini Tuin, yang artinya taman Partini. Partini adalah nama puteri Kangjeng Gusti Mangkunegoro VII, yang paling tua. Tetapi rakyat jelata menyebutnya “Balekambang”. Di taman tersebut diadakan hiburan pertunjukkan Wayang Orang atau Kethoprak. Dahulu di sebelah timur Balekambang yang dipenuhi pohon trembesi dan pohon lainnya yang besar-besar dan sangat rimbun, terdapat sebuah taman buatan KGPAA Mangkunegara VII (1916-1944) yang dinamakan Partinah Bosch atau taman Partinah.
Terletak di sebelah utara lapangan Manahan dan biasa disebut Balekambang, bale artinya rumah, kambang artinya mengapung. Dengan demikian, Balekambang adalah rumah yang mengapung di tengah telaga buatan, yaitu di Pemandian Balekambang. Balekambang disebut juga Partini Tuin artinya Taman Partini. Taman ini dibuka pada hari Rabu Kliwon, tanggal 26 Sapar 1853 atau 1882 Masehi oleh KGPAA Mangkunegaran VII untuk kenang-kenangan terhadap putrinya yang bernama Bandara Raden Ajeng Partini yang kemudian kawin dengan Prof. Dr. Husein Jayadiningrat. Dahulu di taman ini terdapat rumah bentuk joglo yang bagus tapi sekarang sudah tidak ada, sebab telah di jual kepada RT Harjanagara, seseorang penggemar barang-barang kuno.
Gambar 1. Foto Partini Tuin Tempo Dulu
Sumber: www.kitlv.nl

Partini Tuin merupakan sarana rekreasi yang juga dilengkapi dengan lapangan olahraga dan pemandian. Di taman tersebut diadakan hiburan pertunjukan wayang orang dan ketoprak Kusumawardani Plein merupakan lapangan milik Mangkunegara VII yang dibangun untuk memperingati kelahiran puterinya, yaitu B.R.A. Siti Nurul Kamaril Ngarasati Retno Kusumawardani. Sekarang Balekambang masih menjadi tempat wisata dan taman hiburan bagi rakyat, seperti ketoprak, wayang wong dan sebagainya.
Terletak di sebelah utara Partini Tuin, terdapat Partinah Bosch ialah sebuah hutan kecil milik Mangkunegaran. Partinah Bosch dibuat sebagai kenang-kenangan KGPAA Mangunegoro VII kepada putrinya yang bernama Raden Ajeng Partinah yang kemudian kawin dengan Mr. RM Murdakusuma, putra Bupati Batang. Halaman tersebut dibuat seperti hutan kecil yang di dalamnya dilengkapi dengan kijang dan menjangan yang hidup di alam bebas. Tempat ini digunakan juga sebagai tempat minum binatang peliharaan yang dimiliki oleh Mangkunegaran, karena dulunya tempat ini seperti semacam kebun binatang milik Mangkunegaran.
Balekambang merupakan tanah yasan dalem Sri Mangkunegoro. Pendirian taman ini mulanya merupakan taman untuk rekreasi keluarga Mangkunegaran, namun dalam perkembangan lebih lanjut dibuka untuk masyarakat umum. Pada masa KGPAA Mangkunegoro VII, taman Balekambang dibuatkan kolam renang untuk umum yang dinamakan Padusan Tirtayasa. Dengan adanya padusan ini taman Balekambang menjadi semakin ramai dan berkembang. Apalagi sebelah selatan padusan dilengkapi dengan kebun binatang kecil-kecilan. Juga ada pertunjukan ketoprak seminggu sekali diselingi wayang orang, layar tancap, dan pertunjukan lainnya.
Gambar 2. Foto Anak-Anak Berenang di Padusan Tirtoyoso.
Sumber: www.kitlv.nl
Taman Balekambang terdiri atas dua area. Area yang pertama dinamakan Partini Tuin atau Taman Air Partini, berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada didalam kota juga digunakan untuk bermain perahu. Area yang kedua bernama Partinah Bosch artinya Hutan Partinah yang ditanami tumbuhan langka seperti kenari. beringin putih, beringin sungsang, dan apel coklat. Fungsi dari taman kota ini adalah sebagai resapan dan paru-paru kota. 
Pada mulanya Taman Balekambang tidak buka untuk umum pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII, baru pada era  KGPAA Mangkunegara VII Taman Balekambang mulai dibuka untuk umum. Sejak itu mulai diselenggarakan beragam kesenian untuk rakyat, seperti ketoprak. Begitu besarnya pengaruh Taman Balekambang di Solo bagi para seniman yang ingin tampil di sana, dari seniman kecil hingga seniman besar, dari ruang lingkup lokal hingga nasional. Sebagai contoh kesenian dalam ruang lingkup nasional adalah pagelaran ketoprak yang diadakan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1947. Meskipun pagelaran ketoprak ruang lingkup nasional, peminjaman tempat serta sarana prasarana tetap atas ijin Mangkunegaran.
 Pagelaran ketoprak terus berkembang di Taman balekambang hingga tak sedikit masyarakat, khususnya wanita yang berjualan makanan di sana. Lama kelamaan Taman Balekambang tidak hanya terkenal akan ketopraknya, namun juga kondang dengan wanita nakalnya. Inilah yang menyebabkan pamor Taman Balekambang menjadi buruk di mata masyarakat. Hal itu juga diperparah dengan dibukanya kolam renang Tirtomoyo Manahan, sebelah selatan Taman Balekambang.
Dengan sebab-sebab demikian, Taman Balekambang semakin tersingkir dan juga sepi. Hanya warung minum yang setiap harinya sebagai tempat mangkal wanita nakal yang menjajakan diri di sekitar lapangan Manahan. Nasib Taman Balekambang yang penuh nilai historis hanya menjadi sebatas tempat yang menyedihkan. Dari yang berfungsi sebagai wahana rekreasi milik keluarga raja, beralih fungsi menjadi tempat rekreasi rakyat hingga menjadi tempat maksiat.
Di era modern ini, Pemerintah kota Solo terus dilakukan revitalisasi atas Taman Balekambang. Setelah itu, Taman Balekambang mulai dimultifungsikan sebagai taman seni dan budaya, taman botani, taman edukasi, dan taman rekreasi di kota Solo.


Sumber :
RM. Sayid. 2001. Babad Sala. Surakarta: Reksopustoko Istana Mangkunegaran.
Surat keperluan di Taman Partini tanggal 25 Nopember 1947 dari Pemerintah Kota
Surakarta Republik Indonesia kepada Kepala Kabupaten Mandrapura
Mangkunegaran, Mangkunegaran: Arsip Reksopustoko
Artikel Jaya Baya tentang “Taman Balekambang Saya Memelas”, (Mangkunegaran:
Reksopustoko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar