Kekristenan diantara orang-orang
Indonesia pada zaman VOC
Timbullah
soal kalau-kalau pada zaman VOC terdapat tanda-tanda yang menunjukan, bahwa
sudah tumbuh serta berkembang suatu kekeristenan di Indonesia. Yang kita
ketahui bahwa keadaan masa itu sangat membatasi kemungkinan hal tersebut tumbuh
berkembang. Masyarakat kolonial didalam segala kehidupannya diatur serta
dibatasi oleh suatu pemerintahan yang berkekuasaan mutlak, yang menyebabkan orang-orang
Belanda sendiri hampir tidak mempunyai kesempatan untuk bergerak bebas apalagi
orang-orang Indonesia yang sebagai rakyat jajahan yang tidak memiliki
kemerdekaan.
Juga
dalam tata gereja, gereja pun tidak memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri.
Tata gereja tidak membolehkan orang membentuk jemaat-jemaat Indonesia sendiri
disamping jemaat Belanda. Di Ambon gereja yang memiliki bangsa Indonesia pada
hakekatnya mereka tidak begitu dianggap. Dan Majelis Gereja Jakarta memiliki
pengaruh yang besar, sehingga sehingga jemaat-jemaat yang lain tidak memiliki
kebebasan. Dan masa itu boleh dikatakan hidup kerohanian kekristenan di
Indonesia tidak berkembang, mereka seolah-olah kawanan domba yang dirawat saja.
Bentuk
apa saja pelayanan gereja itu? Pertama berupa pelajaran Firman Allah dan
perjanjian-perjanjian. Inilah hak dan tugas para pendeta Belanda, yang pada
hal-hal tertentu juga sebagai penghibur orang sakit, dan juga dalam urusan
pembaptisan dan perjamuan kudus. Jadi jelaslah bahwa dari pelajaran firman
allah ini pada umumnya tidak memberikan apa-apa, karena jemaat Indonesia tidak
begitu faham bahasa Melayu apalagi pada abad ke-18 yang sedikit sekali pendeta
berkuthbah dengan bahasa Melayu. Yang mana pada masa itu bahasa Melayu tidak
dimegerti oleh kebanyakan penduduk Indonesia. Kecuali disatu dua tempat, maka
bahasa-bahasa daerah itu tidak lazim dipakai dalam kebaktian-kebaktian. Jadi
tidak dapat diharapkan, bahwa pemberitaan Firman “Allah” akan banyak membantu
pertumbuhan rohani orang-orang Kristen Indonesia. Kesukaram itu sebenarnya
dapat dikurangi jika seandainya Greja berusaha mendidik para pemuda Indonesia
untuk menjabat sebagai pendeta. Memang pada awalnya sudah ada enam orang
Indonesia, terutama berasal dari Ambon, yang dikirim ke Belanda. Para pemuda
itu menerima pendidikan khusus dirumah seorang pendeta. Sayangnya usaha yang
pertama ini hasilnya mengecewakan sehingga hal itu tidak diulangi lagi.
Beberapa kali diajukan usul supaya didirikan sebuah sekolah ataupun seminar
theologi sendiri di Indonesia. Akan
tetapi maksud tersebut tak diizinkan oleh pemerintah. Baru pada akhir abad
ke-17 kita melihat berdirinya dua lembaga penting di Sailan, yaitu Jaffnapatman
dan Kolombo, untuk mendidik orang-orang Tamil dan Sailan. Dan sekalipun
mengalami beberapa kekecewan dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga ini,
terutama yang di Kolombo telah menghasilkan bagi Gereja disana sejumlah
pendeta-pendeta yang setia dan cakap. Bahkan beberapa orang dari yang tamat
memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya di Universitas Leiden
ataupun Utrecht di negeri Belanda. Sekurang-kurangnya terdapat 30 pendeta
Hindia yang berkerja di Gereja Malabar dan Sailan. Mereka adalah tamatan dari
Kolombo atau Jaffnapatnam. Tetapi hanya beberapa dari mereka yang datang juga
ke Indonesia. Misalnya Joh. Jac. Meyer yang sesudah pelajarannya di Kolombo
menamatkan pula sekolahnya di Belanda (1750) dan menjadi pendeta di Jakarta
dari tahun 1763-75. Ia adalah seorang peranakan, jadi tidak asli Indonesia. Dan
kebanyakan pendeta-pendeta, mereka semua bukan berasal dari Indonesia, dan
kenapa Indonesia kurang sekali didik untuk peran semacam itu. Dalam hal ini
Belanda memainkan peran penting. Bagi yang mereka bukan berasal dari Eropa
hampir tidak mendapat tempat, tuntutan yang ditunjukan kepada pendeta adalah
menurut ukuran-ukuran orang Belanda. Dibawah pemerintahan Gubernur Djendaral
Von Imhoff yang terkenal itu maka pada tahun 1745 sekali lagi diadakan usaha
yang besar-besaran untuk mendirikan sebuah seminar theologia. Von Imhoff
membuka suatu seminar theologia yang ditunjukan kepada mereka yang pesimis yang
menunjukan kepadanya segala kekecewaan dalam mendidik para pendeta di India
Selatan maka dijawabnya “biarpun pada abad ini tidak berhasil tetapi barangkali
pada abad lain pekerjaan itu berhasil.” Namun sayangnya seminar ini hanya
berumur 10 tahun, setelah meninggalnya Von Imhoff penggantinya menutup seminar
pada tahun 1755. Seminar ini hanya menghasilkan satu orang saya, yaitu Nic.
Graay. Ia diangkat menjadi pendeta di Jakarta setelah pendidikannya di Universitas
Leiden, namun sayangnya ia meninggal pada umur 25 tahun.
Dalam
keadaan yang menyedihkan ini tidak boleh diharapkan bahwa akan terjamin
sedikitpun pemeliharaan rohani atas orang-orang Kristen di Indonesia. Malahan
bagi orang-orang Belanda itu tidak berlaku. Kecuali beberapa tempat yang
meiliki pendeta sendiri. dan untuk mengumpulkan pendeta-pendeta yang
terpencar-pencar maka diadakan kunjungan-kunjungan. Misalnya Banten yang dekat
dengan Jakarta dalam tahun-tahun 1679 – 1730 yang selama 50 tahun hanya
melakukan 3 kali kunjungan. Tetapi segala tempat mendapat kunjungan guru-guru
untuk inspeksi memeriksa pekerjaan guru-guru sekolah dan kadang pembaptisan dan
jamuan kudus kepada jemaat yang melakukan pernikahan. Belum ada peraturan untuk
mendidik guru dan mengangkat guru, sehingga Gereja seringkali mengangkat guru
secara kebetulan. Syarat mereka pun mudah, cukup mudah, yaitu dengan hanya
diajarkan membaca dan mengajarkan Alkitab serta bacaan-bacaan Kristen lainnya.
Namun diakui bahwa guru ibarat tiang-tiang yang teguh menegakan kekristenan
Indonesia pada waktu itu. Mereka memupuk kesadaran bahwa para penduduk ini
adalah Kristen. Dengan demikian maka golongan ini menjembatani bagi usaha
pekabaran Injil untuk memasuki masyarakat daerah itu dalam abad berikutnya.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut