Minggu, 14 Agustus 2016

De Heeren Zeventien
(Lords XVII , Tuan – Tuan 17)

            Keberhasilan ekspedisi Van Neck dalam perdagangan rempah – rempah ke Maluku mendorong orang – orang Belanda datang ke Indonesia. Namun, akibat banyaknya bangsa belanda yang datang ke Indonesia, terjadilah persaingan dagang antar para pedagang Belanda. Disamping itu dalam melakukan aktivitas perdagangan Belanda harus bersaing dengan kongsi – kongsi dagang dari negara lain untuk mempertahankan wilayahnya. Oleh sebab itu pada tahun 1602 berkat prakarsa dari pembesar Belanda yang bernama Olden Barneveldt, berdirilah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) yang merupakan kongsi dagang Belanda yang beroperasi di Hindia Timur. Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang disebut sebagai Heeren Zeventien (XVII).
Heeren Zeventien adalah komite eksekutif pusat dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 oleh Jenderal Serikat Belanda, yang memberikan piagam kepada Perusahaan India Timur Belanda. Tujuannya adalah untuk menerapkan kebijakan gubernur Perseroan, dari antara siapa 'Lords Seventeen' terpilih. Heren XVII ini juga merupakan pemimpin VOC yang mengatur dan mengingatkan segala kebijakan yang dilakukan oleh VOC. Sebagai contoh : Heren XVII memutuskan memberikan pimpinan pusat bagi perusahaannya yang ada di Indonesia, agar ada kekuatan yang lebih besar lagi dan pada tahun 1609 mereka mengangkat Pieter Both sebagai Gubernur Jendral (G.G), yang berkedudukan di Ambon. Alhasil orang – orang Portugis sedikit demi sedikit mulai terdesak.
VOC dibagi menjadi berbeda perusahaan, yaitu Amsterdam, Zeeland (Middelburg), Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Kamar – kamar ini memiliki direktur , Gudang, pegawai, dan kapal sendiri. Awalnya perusahaan – perusahaan tua memili 76 direktur tetapi karena ini termasuk pemborosan jumlah direktur dibatasi menjadi 60 orang. Amsterdam memiliki lebih dari 20 manajer / direktur, Zealand 12 dan Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen masing-masing tujuh. Untuk tujuan organisasi yang lebih efisien, ada papan utama dari 17 orang, Heeren XVII, yang terdiri dari wakil-wakil dari perusahaan. Amsterdam memiliki ruang terbesar delapan deputi, empat Zealand dan kamar kecil lainnya masing-masing. Heeren XVII harus mengkoordinasikan kegiatan Perusahaan dan garis kap mesin dari kebijakan. Mereka bertemu tiga kali dalam setahun selama beberapa minggu. Hal ini disesuaikan dengan keberangkatan atau kedatangan armada. Pertemuan utama adalah pada bulan September, setelah kembalinya armada kembali.
Rapat-rapat Heren XVII mula-mula digelar dua kali setahun, kemudian ditingkatkan menjadi tiga kali setahun. Setiap tahun direksi menetapkan daftar kebijakan, antara lain mengenai produk-produk apa yang harus diimpor dari Timur. Rapat-rapat direksi Tuan – Tuan 17 bisa berlangsung berminggu-minggu. Mereka mengambil keputusan mengenai dividen, jumlah armada, berapa barang yang akan dibawa ke Timur termasuk emas dan perak, dan produk apa saja yang diinginkan dari Timur, menetapkan tanggal lelang dan berapa masing-masing kantor cabang VOC di Belanda boleh melelang. Direksi dari bagian khusus saling bertemu lebih sering. Mereka bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dari De Heren XVII. Komisi administrasi VOC berkantor di Den Haag, yang disebut Haags Besogne. Tugasnya mengontrol korespondensi dengan Nederlands-Indie.
Heeren XVII mempunyai hak dalam mengatur VOC salah satunya adalah pengangkatan Gubernur Jendral (G.G.), tetapi jika tidak tercapai kesepakatan tentang pemilihan Gubernur Jendral tersebut maka akan dilakukan pengundian, contohnya terdapat pada saat kematian Gubernur Jendral Dirk van Cloon (1732-1735) karena wabah penyakit yang menyerang Batavia pada waku itu. Akibatnya para pimpinan VOC atau Lords XVII yang berada di Amsterdam terpecah – pecah sehingga terjadi pertetangan diantara mereka untuk mengganti Gubernur Jendral Dirk van Cloon pada masa itu dan akhirnya mereka melakukan pengundian. Pengundian tersebut di menangkan oleh Abraham Patras (satu – satunya orang perancis yang memegang jabatan Gubernur Jendral) yang sudah berusia lanjut. Sebelum Heeren XVII mengabulkan permintaan Abraham Patras agar dibebas tugaskan , dia pun meninggal pada tahun 1737.
Dalam melaksanakan tugasnya Heeran XVII tidak selalu berjalan mulus. Kadang nasehat – nasehat Heren XVII tidak di gubris oleh Gubernur Jendral yang di tunjuknya untuk memerintah di daerah kekuasaan VOC. Peristiwa semacam ini dialami Heeren XVII yang menasehati Gubernur Jendral (G.G) Jan Pietereszoon Coen yang berkuasa pada tahun 1619 – 1623 dan 1627 – 1629. G.G. J. P. Coen memandang perlunya menghentikan persaingan dengan orang Inggris dengan jalan mengusir mereka dari Indonesia. Heeren XVII mengingatkan J. P. Coen, bahwa tindakannya mungkin dapatmengobarkan peperangan negeri Belanda dengan Inggris. Tetapi Coen malah memprotes atasannya, karena kurang mendapat bantuan dalam usahanya itu.
Pada tahun 1795 Bewindhebbers dan Heren XVII diganti oleh panitia yang mengurusi milik dan perdagangan di timur jaug (Comite tot de zaken van den Oost Indischen Handel en Bezittinggen) dan pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan, sedangakan segala milik dan hutangnya menjadi beban Belanda. Pada waktu itu utang yang dimiliki VOC adalah 136,7 Gulden dan kekayaan yang ditingalkannya berupa kantor dagang , gudang, benteng, kapal, serta daerah kekuasaan di Indonesia. Setelah VOC dibubarkan, Indonesia langsung dikendalikan oleh pemerintah Belanda yang membuat Indonesia lebih menderita lagi dari sebelumnya.

Sumber:
Ricklefs, M. C. 2011. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.



1 komentar: