De Heeren
Zeventien
(Lords XVII , Tuan
– Tuan 17)
Keberhasilan
ekspedisi Van Neck dalam perdagangan rempah – rempah ke Maluku mendorong orang
– orang Belanda datang ke Indonesia. Namun, akibat banyaknya bangsa belanda
yang datang ke Indonesia, terjadilah persaingan dagang antar para pedagang
Belanda. Disamping itu dalam melakukan aktivitas perdagangan Belanda harus
bersaing dengan kongsi – kongsi dagang dari negara lain untuk mempertahankan
wilayahnya. Oleh sebab itu pada tahun 1602 berkat prakarsa dari pembesar
Belanda yang bernama Olden Barneveldt, berdirilah VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie) yang merupakan kongsi dagang Belanda yang beroperasi di Hindia
Timur. Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang disebut
sebagai Heeren Zeventien (XVII).
Heeren Zeventien adalah
komite eksekutif pusat dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 oleh Jenderal
Serikat Belanda, yang memberikan piagam kepada Perusahaan India Timur Belanda.
Tujuannya adalah untuk menerapkan kebijakan gubernur Perseroan, dari antara
siapa 'Lords Seventeen' terpilih. Heren XVII ini juga merupakan pemimpin VOC
yang mengatur dan mengingatkan segala kebijakan yang dilakukan oleh VOC.
Sebagai contoh : Heren XVII memutuskan memberikan pimpinan pusat bagi
perusahaannya yang ada di Indonesia, agar ada kekuatan yang lebih besar lagi
dan pada tahun 1609 mereka mengangkat Pieter Both sebagai Gubernur Jendral
(G.G), yang berkedudukan di Ambon. Alhasil orang – orang Portugis sedikit demi
sedikit mulai terdesak.
VOC
dibagi menjadi berbeda perusahaan, yaitu Amsterdam, Zeeland (Middelburg),
Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Kamar – kamar ini memiliki direktur ,
Gudang, pegawai, dan kapal sendiri. Awalnya perusahaan – perusahaan tua memili
76 direktur tetapi karena ini termasuk pemborosan jumlah direktur dibatasi menjadi
60 orang. Amsterdam memiliki lebih dari 20 manajer / direktur, Zealand 12 dan
Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen masing-masing tujuh. Untuk tujuan
organisasi yang lebih efisien, ada papan utama dari 17 orang, Heeren XVII, yang
terdiri dari wakil-wakil dari perusahaan. Amsterdam memiliki ruang terbesar
delapan deputi, empat Zealand dan kamar kecil lainnya masing-masing. Heeren
XVII harus mengkoordinasikan kegiatan Perusahaan dan garis kap mesin dari
kebijakan. Mereka bertemu tiga kali dalam setahun selama beberapa minggu. Hal
ini disesuaikan dengan keberangkatan atau kedatangan armada. Pertemuan utama
adalah pada bulan September, setelah kembalinya armada kembali.
Rapat-rapat Heren XVII mula-mula digelar dua
kali setahun, kemudian ditingkatkan menjadi tiga kali setahun. Setiap tahun
direksi menetapkan daftar kebijakan, antara lain mengenai produk-produk apa
yang harus diimpor dari Timur. Rapat-rapat
direksi Tuan – Tuan 17 bisa berlangsung berminggu-minggu. Mereka mengambil
keputusan mengenai dividen, jumlah armada, berapa barang yang akan dibawa ke
Timur termasuk emas dan perak, dan produk apa saja yang diinginkan dari Timur,
menetapkan tanggal lelang dan berapa masing-masing kantor cabang VOC di Belanda
boleh melelang. Direksi
dari bagian khusus saling bertemu lebih sering. Mereka bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan dari De Heren XVII. Komisi administrasi VOC berkantor di
Den Haag, yang disebut Haags Besogne. Tugasnya mengontrol korespondensi dengan
Nederlands-Indie.
Heeren XVII mempunyai hak dalam mengatur VOC
salah satunya adalah pengangkatan Gubernur Jendral (G.G.), tetapi jika tidak
tercapai kesepakatan tentang pemilihan Gubernur Jendral tersebut maka akan dilakukan
pengundian, contohnya terdapat pada saat kematian Gubernur Jendral Dirk van
Cloon (1732-1735) karena wabah penyakit yang menyerang Batavia pada waku itu.
Akibatnya para pimpinan VOC atau Lords XVII yang berada di Amsterdam terpecah –
pecah sehingga terjadi pertetangan diantara mereka untuk mengganti Gubernur
Jendral Dirk van Cloon pada masa itu dan akhirnya mereka melakukan pengundian.
Pengundian tersebut di menangkan oleh Abraham Patras (satu – satunya orang
perancis yang memegang jabatan Gubernur Jendral) yang sudah berusia lanjut.
Sebelum Heeren XVII mengabulkan permintaan Abraham Patras agar dibebas tugaskan
, dia pun meninggal pada tahun 1737.
Dalam melaksanakan tugasnya Heeran XVII tidak
selalu berjalan mulus. Kadang nasehat – nasehat Heren XVII tidak di gubris oleh
Gubernur Jendral yang di tunjuknya untuk memerintah di daerah kekuasaan VOC.
Peristiwa semacam ini dialami Heeren XVII yang menasehati Gubernur Jendral
(G.G) Jan Pietereszoon Coen yang berkuasa pada tahun 1619 – 1623 dan 1627 – 1629.
G.G. J. P. Coen memandang perlunya menghentikan persaingan dengan orang Inggris
dengan jalan mengusir mereka dari Indonesia. Heeren XVII mengingatkan J. P.
Coen, bahwa tindakannya mungkin dapatmengobarkan peperangan negeri Belanda
dengan Inggris. Tetapi Coen malah memprotes atasannya, karena kurang mendapat
bantuan dalam usahanya itu.
Pada tahun 1795 Bewindhebbers dan Heren XVII
diganti oleh panitia yang mengurusi milik dan perdagangan di timur jaug (Comite
tot de zaken van den Oost Indischen Handel en Bezittinggen) dan pada tanggal 31
Desember 1799 VOC dibubarkan, sedangakan segala milik dan hutangnya menjadi
beban Belanda. Pada waktu itu utang yang dimiliki VOC adalah 136,7 Gulden dan
kekayaan yang ditingalkannya berupa kantor dagang , gudang, benteng, kapal,
serta daerah kekuasaan di Indonesia. Setelah VOC dibubarkan, Indonesia langsung
dikendalikan oleh pemerintah Belanda yang membuat Indonesia lebih menderita
lagi dari sebelumnya.
Sumber:
Ricklefs, M. C. 2011. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
siapa saja dewan 17 nya?
BalasHapus