Legenda
Kampung Precetan dan Kampung Batangan di Surakarta
Kampung Precetan merupakan nama lain
atau tepatnya nama genuin dari RW II Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan.
Nama kampung yang berasal dari nama kamitua kampung itu, Ki Precet memang sudah
tergilas dengan nama jalan atau nomor RW dan RT. Sedangkan kampung Batangan
merupakan nama kampung didekat Kasunanan Surakarta tepatnya berada sekitar
areal PGS yang dahulu merupakan lintasan aliran sungai Batang. Ternyata di
kedua tempat itu terdapat suatu legenda yang saling berhubungan sehingga kedua
tempat itu bernama demikian.
Pada zaman dahulu dipercaya di
Surakarta terdapat seseorang yang sakti mandraguna yang mempunyai sifat yang
baik terhadap sesama manusia. Ia membela yang rakyat yang lemah terhadap
kekejaman pemerintah yang bersekutu dengan Belanda pada saat itu. Tetapi
caranya untuk membela rakyat pada saat itu merupakan cara yang salah karena ia
merampok orang – orang kaya yang tidak bermoral, termasuk juga para antek –
antek Belanda. Setelah merampok, hasil rampokannya dibagi – bagikan kepada
rakyat, karena perbuatannya itu ia dijuluki rakyat sebagai “Maling Suci”.
Karena perbuatannya ini kehidupan rakyat menjadi lebih baik dan kehidupan para
pejabat yang semena – mena menjadi tertekan akibat teror akan perampokan yang
terjadi. Perampok ini dikenal dengan nama “Ki Ageng Precet”. Dikenal demikian
karena konon ketika ia melakukan aksinya selalu sukses dan ia tidak pernah
tertangkap alias mrucut atau mrecet.
Karena ulah Ki Ageng Precet ini,
Raja Kasunanan Surakarta pada saat itu, yaitu Pakubuana VII yang memerintah
antara tahun 1830 sampai 1858 menjadi geram atas tingkah laku Ki Ageng Precet
yang menggangu keamanan Kraton. Maka dari itu ia mengirimkan salah satu
prajurit terbaik Kraton untuk menangkap Ki Ageng Precet. Prajurit pilihan ini
menemui Ki Ageng Precet untuk menangkapnya akibatnya terjadi pertempuran antara
dua orang tersebut. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah di
pertempuran tersebut karena mereka ternyata memiliki ilmu yang seimbang
sehingga akibat pertempuran tersebut keduanya mati. Mayat Ki Ageng Precet
dimakamkan di pemakaman umum sehingga kampung didekat pemakaman itu dinamakan
kampung precetan untuk menghormati Ki Ageng Precet. Sedangkan jasad prajurit
pilihan tadi ditemukan pada aliran Sungai Batang, sehingga ia dikenal dengan
“Kyai Batang”. Ia dimakamkan didekat tempat ia meninggal.
Sampai Saat ini makam Ki Ageng
Precet masih tetap berada di tempat yang sama, yang sekarang terletak di
pinggir Jalan Abiyoso dekat GOR Bhinneka Sritex, walau pun tidak banyak yang
tahu tentang makanya masih ada segelintir orang yang melakukan ziarah ke
makamnya. Konon makam itu sebenarnya ingin dipindah bersama dengan makam –
makam lainnya tetapi tidak ada yang mampu memindahkan makam tersebut, dan juga kabarnya
jika ada pencuri yang sedang melarikan diri jika melarikan diri dekat areal
makam itu ia akan lolos dan pengejaran. Sedangkan, makam Kyai Batang saat ini
ada di areal parkiran BTC (Beteng Trade
Center), kebanyakan orang tak
tahu akan makam tersebut tetapi makam Kyai Batang masih dirawat dengan baik.
Legenda
kampung Precetan dan Kampung Batangan termasuk legenda mengenai asal – usul
suatu tempat atau daerah sehingga nama tokoh yang berpengaruh pada tempat itu
menjadi nama dari tempat tersebut. Mengenai ceritanya menurut saya cerita itu
benar – benar terjadi karena masih terdapat bukti berupa makam pelaku legenda
tersebut dan di setiap makam itu masih ada yang mengurusi hingga saat ini
walaupun bukan keturunan dari pelaku legenda. Tetapi mengenai mitos yang tumbuh
di masyarakat saya masih meragukannya karena belum ada bukti dan di Surakarta
sendiri hal – hal gaib masih terasa kental sehingga masyarakat mudah
mempercayainya.
Makam Ki Ageng Precet |
Penetapan Makam Kiai Batang sebagai Cagar Budaya |
Pintu masuk Makam Kiai Batang |
Makam Kiai Batang |
Sumber:
Wawancara Alm. Joko
Wawancara Juru Kunci Makam Kyai Batang